Senin, 16 Oktober 2017

Ulumul Qur'an

BAB I
PENDAHULUAN
1.                  Latar Belakang
Al qur’an merupakan wahyu yang berfungsi sebagai pedoman atau petunjuk bagi umat islam dalam menjalani kehidupan. Pada masa-masa permulaan turunnya, Al-Qur’an lebih banyak dihafal dan dipahami oleh para sahabat nabi SAW. Sehingga kemudian tidak ada alternatif lain bagi para sahabat kecuali berupaya menulisnya. Apabila tidak dituliskan, maka mutiara yang bernilai demikian luhur dikhawatirkan akan bercampur dengan hal-hal lain yang bukan Al-qur’an. Oleh sebab itu, tidak dapat dihindari jika kemudian berkembang ilmu pengetahuan tentang Al-Qur’an yang tidak lain tujuannya untuk mempermudah dalam memahaminya.
2.                  Rumusan Masalah
1.       Pengertian Qur’an dan sejarah turunnya.
2.       Pengertian ulumul Qur’an
3.       Macam-macam ilmu Qur’an
4.       Sejarah perkembangan Qur’an
                      
3.                  Tujuan Penulisan
1.       Mengerti tentang makna Qur’an.
2.       Mengerti sejarah perkembangan Qur’an.
3.       Mengetahui macam aneka ragam ilmu yang berhubungan dengan Qur’an.
                                                 











BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN  AL-QUR’AN DAN SEJARAH TURUNNYA
Al-Qur’an menurut bahasa (etimologi) berasal dari bahasa arab : “qara’a – yaqra’u – quraanan” yang berarti bacaan. Lafal qur’an merupakan bentuk masdar dari kata qara’a yang diberi arti isim maf’ul, sehingga artinya menjadi yang dibaca (maqru’). Menurut Ash Shubhi Sholeh, pendapat ini lebih kuatdan lebih tepat, karena dalam bahasa arab lafal Al-Qur’an adalah bentuk masdar yang ma’nanya sinonim dengan qira’ah yakni bacaan. Untuk memperkuat pendapat ini, Ash Shubhi Sholeh mengutip ayat yang berbunyi:
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ #    فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
Artinya : Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkan Al-Qur’an (di dadamu) dan (membuatmu pandai) apabila kami telah selesai membacakannya maka itulah bacaan itu. (Qs. Al-Qiyaamah, 75: 17-18).
Al-Qur’an yang bermakna bacaan itu, seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Qiyaamah ayat 17 dan 18, yang disebutkan diatas. Pengertian Al-Qur’an  yang demikian itu, termasuk pengertian untuk AL-Qur’an  sekarang ini. Adapun definsi Al-Qur’an menurut istilah (terminologi) ialah kalam Allah Subhaanahu wa ta’ala yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dan membacanya dalah ibadah.
Kalam sebenarnya meliputi seluruh perkataan, namun karena istilah itu disandarkan (di idhafatkan) kepada Allah (kalaamullah) maka tidak termasuk dalam istilah AL-Qur’an perkataan yang selain dari Allah, seperti perkataan manusia, jin dan malaikat. Dengan rumusan yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu alaihi wasallam berarti tidak termasuk segala sesuatu yang diturunkan kepada para nabi sebelum Muhammad Shallallahu alaihi wasallam seperti kitab Zabur, Taurat dan Injil. Selanjutnya dengan rumusan membacanya adalah ibadah, maka tidak termasuk hadits – hadits nabii Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Al-Qur’an diturunkan Allah dengan lafadznya, membacanya adalah perintah, karena itu membaca Al-Qur’an adalah ibadah.
Allah memberi nama kitabnya dengan Al-Qur’an,yang berarti “bacaan”. Nama ini dikuatkan dengan ayat – ayat yang terdapat dalam surat 17 Al-Israa’ ayat 88; surat 2 Al-Baqoroh ayat 85; Surat 15 AL-Hijr ayat 87; surat 20 Thaha ayat 2; surat 27 An-Naml ayat 6; Surat 46 Al-Ahqaf ayat 29; Surat 56 Al-Waaqi’ah ayat 77; surat 59 AL-Hasyr ayat 21 dan surat 76 Ad-Dahr ayat 23.
Menurut Abdul Wahhab Khallaf: Al-Qur’an adalah firan Allah yang diturunkan kepada hai rasulullah, Muhammad bin Abdullah melalui Ar – Ruuhul Amiin (Jibril ‘Alaihis salaam) dengan lafal – lafalnya yang berbahasa arab dan ma’nanya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi rasul, bahwa ia benar – benar rasulullah, menjadi undang – undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Al-Qur’an itu terhimpun dalam mushaf, dimulai dengan surat Al-Faatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, disampaikan secara mutawattir dari generasi ke generasi secara tulisan maupun lisan. Ia terpelihara dari perubahan dan pergantian.
Menurut pengertian ayat – ayat diatas Al-Qur’an itu dipakai sebagai nama bagi kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Selain nama Al-Qur’an, firman Allah diberikan dengan beberapa sebutan: Al-Kitab, Al-Furqan dan Adz-Dzikr.
1.      Al- kitab merupakan sinonim dari perkataan Al-Qur’an, sebagaimana tersebut dalam surat 2 Al-Baqoroh ayat 2yang bunyinya:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa
2.      Al-Furqan artinya: “pembeda”, ialah “yang membedakan ayat yang benar dan yang batil”, sebagaimana tersebut dalam surat 25 Al-furqan ayat 1 yang bunyinya:
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam

3.      Ad-Dzikr artinya: “peringatan”, sebagaimana tersebut di dalam surat 15 Al-Hijr ayat 9 yang bunyinya:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Dari nama-nama yang tersebut di atas, yang paling masyhur dan merupakan nama khas ialah “Al-Qur’an”.
Adapun definisi Al-Qur’an menurut istilah (terminologi) ialah kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahukan) kepada nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dan membacanya adlah ibadah. Disamping ayat diatas, masih banyak ayat – ayat lain yang juga menguatkan arti di atas, seperti QS. Al israa’ ayat 88; Al-baqoroh ayat 85; Al-Hijr ayat 87; Thaha ayat 2; An-naml ayat 6; Al-Ahqaf ayat 29; Al-Waaqiah ayat 77; Al-Hasyr ayat 21; dan Ad-dahr ayat 23. Menurut pengertian ayat – ayat di atas Al-Qur’an dipakai sebagai nama bagi kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
B.     PENGERTIAN ULUMUL QUR’AN
Istilah ulumul qur’an,, secara etimologis merupakan gabungan dari dua kata bahasa arab Ulum dan Al-Qur’an. Kata Ulum bentuk jamak dari Ilm yang merupakan bentuk mashdar dari kata Alima – Ya’lamu yang berarti mengetahui. Dalam kamus Al-Muhit kata ‘Alima disinonimkan dengan kata ‘Arafa (mengetahui, mengenal). Kata Ilm semakna dengan Ma’rifah yang berarti pengetahuan. Sedangkan Ulum berarti sejumlah pengetahuan.
Yang dimaksud dengan ulumul qur’an adalah ilmu – ilmu yang membahas segala sesuatu tentang Al-Qur’an, mulai dari pengertian Al-Qur’an, pengertian wahyu, sejarah turunnya Al-Qur’an, sejarah pengumpulan Al-Qur’an, makiyyah dan madaniyyah, latar belakang turunnya ayat atau kelompok ayat tertentu, kisah – kisah dalam Al-Qur’an, mu’jizat Al-Qur’an, dan lain sebagainya sampai kepada pembahasan tentang tafsir Al-Qur’an.
Senada dengan yang dikemukakan di atas, Manna Khalil al-Qattan mendefinisikan ulumul qur’an sebagai ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Qur’an dari segi asbabun nuzul, pengumpulan dan penertiban Qur’an, pengetahuan tentang surat-surat mekah dan madinah, an-nasikh wal mansukh, al muhkam wal mutasyabih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Qur’an. Terkadang ilmu ini juga dinamakan Usulut tafsir (dasar-dasar tafsir), karena yang dibahas berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang mufassir sebagai sandaran dalam menafsirkan al Qur’an.
C.     MACAM-MACAM ULUMUL QUR’AN

1.                   Ilmu Asbab al-nuzul yaitu : ilmu yang menerangkan sebab sebab turunnya              ayat.
2.         Ilmu Qira’at yaitu : ilmu yang menerangkan rupa-rupa Qira’at ( bacaan Al-             Qur’an yang diterima dari Rasulullah SAW ).
3.         Ilmu tajwid yaitu : ilmu yang menerangkan cara membaca al-qur’an, tempat                        mulai dan pemberhentiannya.
4.         Ilmu Gharib al-qur’an yaitu : ilmu yang menerangkan makna kata-kata yang                       ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab biasa, atau tidak terdapat dalam                 percakapan sehari-hari. Ilmu ini menerangkan makna-makna kata yang halus,                         tinggi, dan pelik.
5.         Ilmu I’rabil qur’an yaitu : ilmu yang menerangkan baris al-qur’an dan                                  kedudukan lafal dalam ta’bir ( susunan kalimat ).
6.         Ilmu Wujuh wa al-nazhair yaitu : ilmu yang menerangkan kata-kata al-qur’an                      yang banyak arti, menerangkan makna yang dimaksud pada satu-satu tempat.
7.         Ilmu Ma’rifat al-muhkam wa al-mutasyabih yaitu : ilmu yang menyatakan                           ayat ayat yang dipandang muhkam dan ayat ayat yang dianggap mutasyabih.
8.         Ilmu Al-Nasikh wa al-Mansukh yaitu : ilmu yang menerangkan ayat ayat yang                   dianggap mansukh oleh sebagian mufasir.
9.         Ilmu Bada’I al-qur’an yaitu : ilmu yang membahas keindahan keindahan al-                        qur’an. ilmu ini menerangkan kesusastraan al-qur’an, kepelikan, dan                                     ketinggian balaghahnya.
10.       Ilmu I’daz al-qur’an yaitu : ilmu yang menerangkan kekuatan susunan tutur al-                   qur’an, sehingga ia dipandang sebagai mukjizat.
11.       Ilmu Tanasub ayat al-qur’an yaitu : ilmu yang menerangkan persesuaian                              antara suatu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
12.       Ilmu Aqsam al-qur’an yaitu : ilmu yang menerangkan arti dan maksud-                               maksud sumpah tuhan atau sumpah-sumpah lainnya yang terdapat di al-                               qur’an.
13.       Ilmu Amtsal al-qur’an yaitu : ilmu yang menerangkan segala perumpamaan                         yang ada dalam al-qur’an.
14.       Ilmu Jidal al-qur’an yaitu : ilmu untuk mengetahui rupa rupa debat yang                             dihadapkan al-qur’an kepada kaum musyrikin dan lainnya.
15.       Ilmu Adab al-tilawah al-qur’an yaitu : ilmu yang mempelajari segala bentuk                        aturan yang harus dipakai dan dilaksanakan didalam membaca al-qur’an.                                    Segala kesusilaan, kesopanan, dan ketentuan yang harus dijaga ketika                           membaca al-qur’an.

D.    SEJARAH PERKEMBANGAN QUR’AN

1.      Pengumpulan Al-Qur’an pada masa nabi dalam bentuk hafalan
                                                        
Rasulullah sangat menyukai wahyu, ia senantiasa menunggu turunnya wahyu dengan rasa rindu lalu menghafal dan memahaminya. Oleh karena itu beliau merupakan Hafidz qur’an pertama dan contoh terbaik bagi para sahabat dalam menghafalnya.. Proses turunnya Al-qur’an terkadang hanya satu ayat sampai sepuluh ayat dan setiap kali sebuah ayat turun maka dihafal dalam dada dan ditempatkan dalam hati. Bangsa arab secara kodrati memang mempunyai daya hafal yang kuat. Hal itu karena umumnya mereka buta huruf, sehingga dalam penulisan berita-berita, syair-syair dan silsilah mereka dilakukan dengan catatan di hati mereka.

2.      Pengumpulan Al-qur’an pada masa nabi dalam bentuk tulisan

Seiring berjalanya waktu rasulullah mengangkat para penulis wahyu Qur’an dari sahabat-sahabat terkemuka, seperti Ali, Mu’awiyah, Ubai bin ka’b dan Zaid bin Tsabit. Bila ayat turun beliau memerintahkan mereka menuliskannya dan menunjukan tempat ayat tersebut dalam surah, sehingga penulisan pada lembaran itu membantu penghafalan di dalam hati. Namun tetap saja tulisan-tulisan qur’an pada masa nabi tidak terkumpul dalam satu mushaf; yang ada pada seseorang belum tentu dimiliki oleh yang lain.

3.      Pengumpulan Qur’an pada masa Abu Bakar

Pada masa khalifah pertama terjadi peperangan Yamamah pada tahun 12 H yang menyebabkan 70 qari’ penghafal qur’an dari kalangan sahabat gugur. Melihat kenyataan ini Umar bin Khattab merasa khawatir lalu menghadap Abu bakar dan mengajukan usul agar Al-qur’an dikumpulkan dan dibukukan karena dikhawatirkan akan musnah seiring wafatnya para qari’. Usul ini pun diterima oleh sang khalifah meskipun pada awalnya sempat menolak dan bekeberatan untuk melakukan sesuatu tidak pernah dilakukan oleh rasulullah. Kemudian Zaid bin tsabit pun ditugaskan untuk penulisan Qur’an ini. Zaid bin tsabit mulai menulis qur’an bersandar pada hafalan yang ada di hati para sahabat penghafal qur’an, tulisan-tulisan qur’an yang ada di pelepah kurma dan kepingan-kepinga batu. Kemudian hasil penulisan yang telah sempurna itu disimpan di tangan Abu Bakar hingga wafatnya. Sesudah itu berpindah ke tangan Umar sewaktu masih hidup dan selanjutnya berpindah ke tangan Hafsah binti Umar.

4.      Pengumpulan Qur’an pada masa utsman bin affan

Di masa khalifah ketiga, Islam sudah menyebar dengan luas dan para qurra’ pun tersebar di berbagai wilayah yang telah dikuasasai oleh Islam. Namun hal ini ternyata memiliki dampak negatif karena di setiap wilayah-wilayah itu dipelajari macam-macam qiraat yang berbeda menurut qari’ yang dikirim kepada mereka. Perbedaan qiraat mereka ajarkan sejalan dengan perbedaan huruf yang dengannya diturunkan Al-Qur’an. Hal ini menimbulkan kerancuan di antara pembelajar al-qur’an yang tidak mengetahui tentang macam-macam qiraat sehingga ketika mereka menemukan bacaan yang berbeda dengan yang mereka terima hal itu menimbulkan perdebatan bahkan terjadi saling mengkafirkan antara satu dengan yang lain.
                                             
Perdebatan dalam perbedaan qiraat ini diketahui oleh para sahabat dan pada akhirnya diketahui juga oleh sang khalifah utsman bin affan. Ibn Jarir mengatakan berkenaan dengan apa yang telah dilakukan  oleh Utsman.: “ia menyatukan umat islam dalam satu mushaf dan satu huruf, sedang mushaf yang llain disobek. Ia memerintahkan dengan tegas agar setiap orang yang mempunyai mushaf yang berlainan dengan mushaf yang disepakati itu membakar mushaf tersebut.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwasannya :

1.      Al-Qur’an pada mulanya tidak terkumpul dalam satu mushaf.
2.      Al-Qur’an mulai dikumpulkan karena adanya kekhawatiran akan musnah seiring dengan wafatnya para sahabat yang qari’ pada masa khalifah pertama.
3.      Terdapat berbagai macam ulumul Qur’an yang bisa membantu untuk menafsirkan Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

STUDI AL-QUR’AN & HADIS Cetakan, 2012 Penerbit : Kopertais wilayah III UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. H. Sa’id Husin Al Munawar, M.A ,Al-Qur’an membangun tradisi kesalehan hakiki.

Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, LC. , MA, Kuliah ulumul qur’an.

Manna Khallil al-Qattan, studi ilmu-ilmu qur’an, diterjemahkan oleh Drs. Mudzakir AS, penerbit LITERA ANTAR NUSA.

 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung , 1994).

 Manna khalil al-Qattan, Studi ilmu-ilmu Qur’an hlm 9.

 Tafsir ibn jarir at Thabary jilid 1 halaman 64 dan 65.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar