I.
Pendahuluan
Bismillah alhamdulillah wa syukrulillah, puji syukur kehadirat
Allah ‘azza wa jalla sang pencipta alam, yang telah meridhoi kami merampungkan
makalah ini.
Sholawat salam Allah semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
akhir zaman, Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sang pembawa
syafa’at, dan semoga semua orang yang membaca makalah ini kelak mendapatkan
syafa’at beliau di hari kiamat, amin ya robbal alamin.
Berkenaan dengan memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen pengampu
yaitu ibu Yuni Ma'rufah M.Si, kami menulis makalah ini, yang akan membahas tentang pengertian iman dan cabang-cabangnya.
Islam adalah agama yang haq yang di ridhoi allah swt sesuai firman Allah
‘azza wa jalla yang berbunyi "innaddina indallahil islam", pemeluk agama islam bernama muslim, secara
garis harfiah muslim bermakna selamat, secara istilah muslim bermakna selamat
dunia dan akhirat, yakni seorang muslim akan selamat dunia dan akhirat bila ia
memenuhi kewajiban atas tuhannya.
Dan tentunya orang-orang yang memenuhi perintah atas tuhannya
adalah orang-orang yang beriman, iman adalah esensi dari keislaman seseorang,
seseorang bisa di katakan islam apabila orang tersebut beriman. karena
sesungguhnya iman dan islam adalah satu kesatuan yang saling melekat, jika
seseorang tidak iman maka tidak akan islam, dan orang islam yang tidak beriman
maka bukan islam namanya.
Adapun kadar iman seseorang itu bisa di lihat dalam sepak terjang
kehidupan sehari-hari nya, baik dari segi ucapan, perbuatan dan lainnya.
Iman itu sendiri terbagi menjadi lebih dari tujuh puluh cabang,
sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abi Hurairoh: Rosulullah SAW berabda:
“Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama
adalah ucapan syahadat Laa ilaaha illallohu dan yang paling rendah
adalah menyingirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari
iman”.
Dalam makalah ini kami akan mengupas tentang cabang-cabang iman
tersebut. Kami sangat mengharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang
yang membacanya, bisa mengerti dan memahami serta mengamalkan nya dalam
kehidupan sehari-hari.
Namun, makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun dan memotivasi kami
untuk bisa lebih baik kedepannya, terutama dari dosen pengampu dan selebihnya
dari pembaca.
II. Pembahasan
Iman secara
terminologi adalah kepercayaan / meyakini seyakin-yakinnya. Sedangkan secara
etimologi, iman adalah membenarkan dengan hati, di ucapkan dengan lisan dan di
amalkan dengan perbuatan. Dengan demikian, maka iman kepada Allah adalah
membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar benar ada dengan segala sifat
keagugan dan kesempurnaan-Nya, kemudian pengakuan itu di ikrarkan oleh lisan
dan di buktikan dengan amal perbuatan.
Bila orang itu beriman maka orang tersebut akan melakukan segala sesuatu yang
telah di perintahkan oleh Tuhannya dan meninggalkan segala sesuatu yang di
larang oleh Tuhannya.
Imam
al-Bukhori dalam kitab Shohih al-Bukhori menjelaskan bahwa iman adalah
ucapan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.
‘Umar bin
‘Abdillah pernah menulis sebuah surat kepada ‘Adi bin ‘Adi yang berisi
“sesunguhnya dalam iman terdapat beberapa fardlu dan syariat, hukum-hukum dan
sunah-sunah, siapapun yang menyempurnakannya maka akan sempurna imannya, dan
siapapun yang tidak menyempurnakannya maka tidaklah sempurna imannya.”
Adapun pendapat Syaikh Muhammad Nawawi ibnu Umar di dalam kitabnya yang bernama Qomi’
at-Thughyan iman adalah at-tashdiq yakni meyakini atau membenarkan. Iman itu bisa bertambah kuat apabila
orang tersebut mau melaksanakan perintah tuhannya dan akan berkurang bila ia
meninggalkannya.
Allah telah berfirman dalam surat an-nisa’ ayat 136 yang
berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا آَمِنُوا
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ
الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
(136)
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan terhadap kitab (al-Qur’an) yang di
turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang di turunkan sebelumnya. Siapapun
yang ingkar / kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari akhir (hari kiamat), maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya”
Ayat
tersebut memberikan asumsi bahwa bilamana kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan
kebahagiaan. Dengan demikian dapat di pahami bahwa iman kepada Allah adalah
kebutuhan manusia. jika manusia tidak iman kepada Allah maka akan merasakan
kerugiaan yang sangat besar. Sesungguhnya beriman kepada Allah adalah untuk
kebaikan manusia. Dan bila orang
itu iman kepada Allah maka orang itu juga akan beriman kepada Rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir (hari kiamat).
Orang mu’min pastilah muslim, karena mu’min dan muslim adalah satu
kesatuan yang saling berhubungan, mu’min jiwanya dan muslim raganya. Menurut
imam as-Showi dalam kitabnya yang bernama hasyiyah as-showi fi at-tafsiri
al-jalalaini di sebutkan bahwa iman adalah batin (jiwa) dan islam adalah
dhohir (raga) keduanya saling berhubungan, bila seseorang mengaku iman tapi dia
tidak mau melakukan solat dan ibadah lainnya, maka orang tersebut tidaklah bisa
di katakan iman.
Dalam hal ini kita bisa mengetahui bahwasannya tebal-tipisnya kadar
iman seseorang bisa dilihat dari pola tingkah kehidupan sehari-hari, yakni
sejauh mana orang tersebut mematuhi dan menjalani segala perintah Allah serta
menjauhi segala larangan-Nya.
106
- وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ جَمِيعًا
عَنِ ابْنِ عُلَيَّةَ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
عَنْ أَبِى حَيَّانَ عَنْ أَبِى زُرْعَةَ بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمًا بَارِزًا
لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الإِيمَانُ قَالَ «
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكِتَابِهِ وَلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ
وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ الآخِرِ ». قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الإِسْلاَمُ
قَالَ « الإِسْلاَمُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ
الصَّلاَةَ الْمَكْتُوبَةَ وَتُؤَدِّىَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومَ
رَمَضَانَ ». قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الإِحْسَانُ قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ
اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّكَ إِنْ لاَ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ ».
ج 1 ص 30 صحيح مسلم
Di ceritakan kepada kami
dari Abu Bakar bin Abi Syaibah
dan Zuhair bin Harb semuanya /
keduanya dari Ibnu Ulaiyah, Zuhair berkata: Di ceritakan kepadaku
oleh Ismail bin Ibrohim dari Abi Hayyan dari Abi Zur’ah bin ‘Amr bin Jarir dari
Abi Hurairoh berkata:
“Pada suatu hari Rasulullah SAW muncul di
antara kaum muslimin, lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: wahai
Rasulullah, apakah iman itu? Rasulullah SAW menjawab: engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya,
rasul-rasul-Nya dan beriman dengan hari akhir (hari kiamat). Lalu laki-laki itu
bertanya lagi: wahai Rasulullah, apakah islam itu? Rasulullah SAW menjawab:
islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan
apapun, mendirikan sholat maktubah (fardlu), menunaikan zakat wajib dan
berpuasa di bulan ramadlan. Lalu laki-laki itu bertanya lagi: wahai Rasulullah,
apakah ihsan itu? Rasulullah SAW menjawab: engkau beribadah kepada Allah
seolah-olah engkau melihat-Nya dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia selalu melihatmu”
Dari
uraian hadits di atas dapat kita pahami bahwasannya bila kita beriman kepada
Allah maka kita juga harus beriman kepada
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya,
rasul-rasul-Nya dan beriman dengan hari akhir (hari kiamat).
162 - حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِى
صَالِحٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
« الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا
قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ ».
صحيح مسلم ج 1 ص 46
Di ceritakan kepada kami dari Zuhair ibnu Harb menceritakan kepada kami
Jarir dari Suhail dari ‘Abdillah bin Dinar dari Abi Sholih dari Abi Hurairoh
berkata: Rosulullah SAW berabda: “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh
cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan syahadat Laa ilaaha illallohu
dan yang paling rendah adalah menyingirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah
salah satu cabang dari iman”.
11736
- أخبرنا أحمد بن سليمان قال حدثنا أبو داود عن سفيان قال وحدثنا أبو نعيم قال
حدثنا سفيان عن سهيل عن عبد الله بن دينار عن أبي صالح عن أبي هريرة قال قال رسول
الله صلى الله عليه و سلم : الإيمان بضع وسبعون شعبة أفضلها لا إله إلا الله
أوضعها إماطة الأذي عن الطريق والحياء شعبة من الإيمان
سنن النسائي الكبري ص 532 ج 6
Telah memberikan khobar
kepada kami Ahmad bin Sulaiman berkata: telah menceritakan kepadaku Abu
Dawud dari Sufyan berkata: dan telah menceritakan kepadaku Abu Nu’aim berkata:
telah menceritakan kepadaku Sufyan dari Suhail dari ‘Abdillah bin Dinar dari
Abi Sholih dari Abi Hurairoh berkata: Rosulullah SAW berabda: “Iman memiliki
lebih dari tujuh puluh cabang, yang paling utama adalah ucapan syahadat Laa
ilaaha illallohu dan yang paling rendah adalah menyingirkan gangguan dari
jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari iman”.
Seperti halnya
pohon yang memiliki akar dan ranting begitu pula iman, iman memiliki
cabang-cabang, perihal ini mengaskan bahwa cabang-cabang iman memotivasi kita
untuk mengejar kesempurnaan pola tingkah kita dalam kehidupan sehari-hari
dengan memenuhi cabang-cabangnya.
Pola tingkah
seseorang yang menggambarkan kesempurnaan imannya adalah apabila orang tersebut
sanggup mempraktekkan seluruh cabang iman dalam kehidupannya sehari-hari.
Imam Abu Bakar al-Baihaqy dalam kitabnya yang bernama Syu’abil
Iman telah menyebutkan tujuh puluh tujuh cabang iman. Adapun ringkasan
cabang-cabang iman tersebut adalah sebagai berikut:
1. Iman kepada Allah ‘azza wa jalla
2. Iman kepada Rasulullah SAW
3. Iman kepada para Malaikat
4. Iman kepada al-Qur’an dan seluruh kitab yang di turunkan
5. Iman kepada taqdir, baik maupun buruk itu berasal dari Allah
6. Iman kepada hari akhir (hari kiamat)
7. Iman kepada kebangkitan setelah kematian
8. Iman kepada pengumpulan seluruh manusia di padang mahsyar setelah
bangkit dari kubur
9. Iman bahwa rumahnya orang-orang mukmin adalah surga dan rumahnya
orang-orang kafir adalah neraka
10. Iman terhadap wajibnya mahabbah atau mencintai kepada Allah ‘azza wa
jalla
11. Iman terhadap wajibnya khauf atau takut kepada Allah ‘azza wa jalla
12. Iman terhadap wajibnya ar-roja’ atau penuh harap kepada Allah ‘azza wa
jalla
13. Iman terhadap wajibnya berpasrah diri atau tawakkal kepada Allah ‘azza
wa jalla
14. Iman terhadap wajibnya mahabbah atau mencintai kepada nabi Muhammad SAW
15. Iman terhadap wajibnya mengagungkan, memuliakan dan menghormati kepada
nabi Muhammad SAW dengan tidak melampaui batas
16. Kecintaan seseorang pada agamanya sehingga dia lebih mencintai di
lemparkan ke dalam kobaran api dari pada kufur
17. Menuntut ilmu
18. Menyebarkan dan mengajarkan ilmu kepada orang lain
19. Mengagungkan al-Qur’an
20. Bersuci, menjaga dan memperhatikan wudlu’
21. Menjaga dan memperhatikan sholat maktubah
22. Menunaikan zakat
23. Berpuasa
24. I’tikaf
25. Haji
26. Jihad fi sabilillah
27. Menjaga wilayah perbatasan di jalan Allah
28. Bertahan melawan musuh dan tidak lari dari medan perang
29. Membayar seperlima dari rampasan perang kepada imam atau ‘amil bagi yang
memperoleh harta rampasan perang
30. Memerdekakan budak dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT
31. Membayar kaffarah atau tebusan yang wajib karena tindak pidana kejahatan
32. Menunaikan, memenuhi akad (perjanjian, yaitu segala sesuatu yang telah
di halalkan oleh Allah, yang di haramkan dan yang di wajibkan serta seluruh
hukum-hukum di dalam al-Qur’an)
33. Senantiasa memuji atas nikmat-nikmat Allah SWT dan segala sesuatu yang
wajib di syukuri
34. Menjaga lisan dari perkataan yang tidak di butuhkan (berbicara
secukupnya)
35. Menjaga amanah dan wajib menunaikkannya
36. Haramnya membunuh nyawa dan diberlakukan tindak pidana kejahatan atasnya
37. Haramnya melakukan zina dan wajibnya menjaga kehormatan
38. Mengepalkan tangan (tidak menyentuh maupun mengambil) atas harta-harta
haram
39. Wajibnya wira’i (menahan diri) serta menjauhi makanan dan minuman yang
tidak halal
40. Meninggalkan pakaian dan perhiasan serta perabot yang di makruhkan
41. Haramnya permainan dan hiuran yang bertentangan dengan syari’at
42. Kesedehanaan (hemat) dalam nafkah dan haramnya memakan harta dengan cara
yang bathil
43. Meninggalkan dendam, dengki, iri dan hasud
44. Haramnya menjatuhkan martabat atau kehormatan orang lain dan wajibnya
meninggalkan segala sesuatu yang dapat menjatuhkan martabat orang lain
45. Ikhlas dalam beramal karean Allah SWT dan meninggalkan riya’
46. Menyenangi kebaikan dan sedih dengan keburukan
47. Mengobati setiap dosa dengan taubat
48. Menyembelih qurban, esensinya adalah hadiah baik udhiyah maupun
‘aqiqoh
49. Taat kepada ‘Ulil Amri
50. Berpegang teguh terhadap al-Jama’ah
51. Menegakkan hukum keadilan di antara manusia
52. ‘Amar ma’ruf dan nahi munkar
53. Saling menolong atas kebaikan dan taqwa
54. Malu
55. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua)
56. Silaturrahmi
57. Husnul khuluq (akhlaq yang baik)
58. Melakukan kebaikan kepada budak
59. Hak tuan yang wajib di laksanakan budaknya
60. Menegakkan hak anak dan
keluarga
61. Dekat kepada ahli agama (ulama’), menyayangi mereka, mnebarkan
salam dan berjabat tangan dengan mereka
62. Menjawab salam
63. Menjenguk orang sakit
64. Menyolati jenazah ahli qiblat (muslimin)
65. Mendoakan orang yang bersin (jika mengucapkan alhamdulillah maka di
jawab yarhamukallah)
66. Menjauhi orang-orang kafir dan pembuat kerusakan, serta tegas
terhahadap mereka
67. Memuliakan tetangga
68. Memuliakan tamu
69. Menutupi ‘aib orang lain
70. Sabar atas setiap musibah dan segala sesuatu yang tercabut dari
jiwa yakni berupa kelezatan dan kesenangan
71. Zuhud dan pendeknya keinginan atas segala hal duniawi
72. Cemburu dan tidak membiarkan anak atau istrinya berbaur dengan yang
bukan mahromnya
73. Berpaling dari sikap yang berlebihan (melampaui batas)
74. Dermawan dan murah hati
75. Menyayangi yang muda dan menghormati yang tua
76. Mendamaikan orang yang bertikai
77.
Wajibnya
seseorang mencintai saudaranya yang muslim sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri, dan tidak senang sesuatu yang ia benci ada pada saudaranya, termasuk
didalamnya adalah menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalanan
III. Kesimpulan
Iman adalah sesuatu yang sakral dalam diri seseorang, baik dan
buruk nya seseorang dapat di lihat dari keimanan nya. dengan adanya iman maka
seseorang bisa menjadi islam dan dengan meningkatnya kadar iman seseorang maka
akan sampailah orang tersebut ke jenjang ihsan, maka lengkap lah iman seseorang
dengan islam dan ihsan.
Adapun munculnya islam dan ihsan itu bermula dari iman, jika
seseorang tidak memiliki iman maka islam dan ihsan tidak akan lahir. orang yang
tidak memiliki iman akan merugi terhadap dirinya sendiri baik di dunia maupun
akhirat, na’udzu billahi min dzalik.
Dengan memahami cabang cabang iman yang berjumlah lebih dari tujuh
puluh, semoga kita bisa mengamalkankannya dalam kehidupan sehari-hari dan
semoga hidup kita menjadi lebih baik setiap waktu, detik demi detik, hari demi
hari, tahun demi tahun, min yaumi hadza ila yaumil qiyamah, amin.
Daftar
pustaka:
·
Shohih
al-Bukhori
·
Shohih
Muslim
·
Sunan
an-Nasa’i al-kubro
·
Qomi’ut
thugyan
·
Hasyiyah
as-showi fi at-tafsiri al-jalalaini
·
Syu’bil
iman – al-Baihaqy