Senin, 28 November 2016

Pengertian Iman dan cabang-cabangnya

I. Pendahuluan
Bismillah alhamdulillah wa syukrulillah, puji syukur kehadirat Allah ‘azza wa jalla sang pencipta alam, yang telah meridhoi kami merampungkan makalah ini.
Sholawat salam Allah semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi akhir zaman, Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sang pembawa syafa’at, dan semoga semua orang yang membaca makalah ini kelak mendapatkan syafa’at beliau di hari kiamat, amin ya robbal alamin.
Berkenaan dengan memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen pengampu yaitu ibu Yuni Ma'rufah M.Si, kami menulis makalah ini, yang akan membahas tentang  pengertian  iman dan cabang-cabangnya.
Islam adalah agama yang haq yang di ridhoi allah swt sesuai firman Allah ‘azza wa jalla yang berbunyi "innaddina indallahil islam",   pemeluk agama islam bernama muslim, secara garis harfiah muslim bermakna selamat, secara istilah muslim bermakna selamat dunia dan akhirat, yakni seorang muslim akan selamat dunia dan akhirat bila ia memenuhi kewajiban atas tuhannya.
Dan tentunya orang-orang yang memenuhi perintah atas tuhannya adalah orang-orang yang beriman, iman adalah esensi dari keislaman seseorang, seseorang bisa di katakan islam apabila orang tersebut beriman. karena sesungguhnya iman dan islam adalah satu kesatuan yang saling melekat, jika seseorang tidak iman maka tidak akan islam, dan orang islam yang tidak beriman maka bukan islam namanya.
Adapun kadar iman seseorang itu bisa di lihat dalam sepak terjang kehidupan sehari-hari nya, baik dari segi ucapan, perbuatan dan lainnya.
Iman itu sendiri terbagi menjadi lebih dari tujuh puluh cabang, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abi Hurairoh: Rosulullah SAW berabda: “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan syahadat Laa ilaaha illallohu dan yang paling rendah adalah menyingirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari iman”.
Dalam makalah ini kami akan mengupas tentang cabang-cabang iman tersebut. Kami sangat mengharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya, bisa mengerti dan memahami serta mengamalkan nya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun dan memotivasi kami untuk bisa lebih baik kedepannya, terutama dari dosen pengampu dan selebihnya dari pembaca.

II. Pembahasan
Iman secara terminologi adalah kepercayaan / meyakini seyakin-yakinnya. Sedangkan secara etimologi, iman adalah membenarkan dengan hati, di ucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan perbuatan. Dengan demikian, maka iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar benar ada dengan segala sifat keagugan dan kesempurnaan-Nya, kemudian pengakuan itu di ikrarkan oleh lisan dan di buktikan dengan amal perbuatan. Bila orang itu beriman maka orang tersebut akan melakukan segala sesuatu yang telah di perintahkan oleh Tuhannya dan meninggalkan segala sesuatu yang di larang oleh Tuhannya.
Imam al-Bukhori dalam kitab Shohih al-Bukhori menjelaskan bahwa iman adalah ucapan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.
‘Umar bin ‘Abdillah pernah menulis sebuah surat kepada ‘Adi bin ‘Adi yang berisi “sesunguhnya dalam iman terdapat beberapa fardlu dan syariat, hukum-hukum dan sunah-sunah, siapapun yang menyempurnakannya maka akan sempurna imannya, dan siapapun yang tidak menyempurnakannya maka tidaklah sempurna imannya.”
Adapun pendapat Syaikh Muhammad Nawawi ibnu Umar di  dalam kitabnya yang bernama Qomi’ at-Thughyan iman adalah at-tashdiq yakni meyakini atau membenarkan. Iman itu bisa bertambah kuat apabila orang tersebut mau melaksanakan perintah tuhannya dan akan berkurang bila ia meninggalkannya.
Allah telah berfirman dalam surat an-nisa’ ayat 136 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا (136)
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan terhadap kitab (al-Qur’an) yang di turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang di turunkan sebelumnya. Siapapun yang ingkar / kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir (hari kiamat), maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”
Ayat tersebut memberikan asumsi bahwa bilamana kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan. Dengan demikian dapat di pahami bahwa iman kepada Allah adalah kebutuhan manusia. jika manusia tidak iman kepada Allah maka akan merasakan kerugiaan yang sangat besar. Sesungguhnya beriman kepada Allah adalah untuk kebaikan manusia. Dan bila orang itu iman kepada Allah maka orang itu juga akan beriman kepada Rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir (hari kiamat).
Orang mu’min pastilah muslim, karena mu’min dan muslim adalah satu kesatuan yang saling berhubungan, mu’min jiwanya dan muslim raganya. Menurut imam as-Showi dalam kitabnya yang bernama hasyiyah as-showi fi at-tafsiri al-jalalaini di sebutkan bahwa iman adalah batin (jiwa) dan islam adalah dhohir (raga) keduanya saling berhubungan, bila seseorang mengaku iman tapi dia tidak mau melakukan solat dan ibadah lainnya, maka orang tersebut tidaklah bisa di katakan iman.
Dalam hal ini kita bisa mengetahui bahwasannya tebal-tipisnya kadar iman seseorang bisa dilihat dari pola tingkah kehidupan sehari-hari, yakni sejauh mana orang tersebut mematuhi dan menjalani segala perintah Allah serta menjauhi segala larangan-Nya.

106 - وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ جَمِيعًا عَنِ ابْنِ عُلَيَّةَ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِى حَيَّانَ عَنْ أَبِى زُرْعَةَ بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمًا بَارِزًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الإِيمَانُ قَالَ « أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكِتَابِهِ وَلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ الآخِرِ ». قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الإِسْلاَمُ قَالَ « الإِسْلاَمُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوبَةَ وَتُؤَدِّىَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ ». قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الإِحْسَانُ قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّكَ إِنْ لاَ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ ».
ج 1 ص 30 صحيح مسلم
Di ceritakan kepada kami dari Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb semuanya / keduanya  dari Ibnu Ulaiyah, Zuhair berkata: Di ceritakan kepadaku oleh Ismail bin Ibrohim dari Abi Hayyan dari Abi Zur’ah bin ‘Amr bin Jarir dari Abi Hurairoh berkata:
“Pada suatu hari Rasulullah SAW muncul di antara kaum muslimin, lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: wahai Rasulullah, apakah iman itu? Rasulullah SAW menjawab: engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan beriman dengan hari akhir (hari kiamat). Lalu laki-laki itu bertanya lagi: wahai Rasulullah, apakah islam itu? Rasulullah SAW menjawab: islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan sholat maktubah (fardlu), menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan ramadlan. Lalu laki-laki itu bertanya lagi: wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? Rasulullah SAW menjawab: engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu”
            Dari uraian hadits di atas dapat kita pahami bahwasannya bila kita beriman kepada Allah maka kita juga harus beriman kepada  malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan beriman dengan hari akhir (hari kiamat).

162 - حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِى صَالِحٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ ».
صحيح مسلم ج 1 ص 46
 Di ceritakan kepada kami dari   Zuhair ibnu Harb menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari ‘Abdillah bin Dinar dari Abi Sholih dari Abi Hurairoh berkata: Rosulullah SAW berabda: “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan syahadat Laa ilaaha illallohu dan yang paling rendah adalah menyingirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari iman”.

11736 - أخبرنا أحمد بن سليمان قال حدثنا أبو داود عن سفيان قال وحدثنا أبو نعيم قال حدثنا سفيان عن سهيل عن عبد الله بن دينار عن أبي صالح عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : الإيمان بضع وسبعون شعبة أفضلها لا إله إلا الله أوضعها إماطة الأذي عن الطريق والحياء شعبة من الإيمان
سنن النسائي الكبري ص 532 ج 6
 Telah memberikan khobar  kepada kami Ahmad bin Sulaiman berkata: telah menceritakan kepadaku Abu Dawud dari Sufyan berkata: dan telah menceritakan kepadaku Abu Nu’aim berkata: telah menceritakan kepadaku Sufyan dari Suhail dari ‘Abdillah bin Dinar dari Abi Sholih dari Abi Hurairoh berkata: Rosulullah SAW berabda: “Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang, yang paling utama adalah ucapan syahadat Laa ilaaha illallohu dan yang paling rendah adalah menyingirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari iman”.
            Seperti halnya pohon yang memiliki akar dan ranting begitu pula iman, iman memiliki cabang-cabang, perihal ini mengaskan bahwa cabang-cabang iman memotivasi kita untuk mengejar kesempurnaan pola tingkah kita dalam kehidupan sehari-hari dengan memenuhi cabang-cabangnya.
            Pola tingkah seseorang yang menggambarkan kesempurnaan imannya adalah apabila orang tersebut sanggup mempraktekkan seluruh cabang iman dalam kehidupannya sehari-hari.
Imam Abu Bakar al-Baihaqy dalam kitabnya yang bernama Syu’abil Iman telah menyebutkan tujuh puluh tujuh cabang iman. Adapun ringkasan cabang-cabang iman tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Iman kepada Allah ‘azza wa jalla
2.      Iman kepada Rasulullah SAW
3.      Iman kepada para Malaikat
4.      Iman kepada al-Qur’an dan seluruh kitab yang di turunkan
5.      Iman kepada taqdir, baik maupun buruk itu berasal dari Allah
6.      Iman kepada hari akhir (hari kiamat)
7.      Iman kepada kebangkitan setelah kematian
8.      Iman kepada pengumpulan seluruh manusia di padang mahsyar setelah bangkit dari kubur
9.      Iman bahwa rumahnya orang-orang mukmin adalah surga dan rumahnya orang-orang kafir adalah neraka
10.  Iman terhadap wajibnya mahabbah atau mencintai kepada Allah ‘azza wa jalla
11.  Iman terhadap wajibnya khauf atau takut kepada Allah ‘azza wa jalla
12.  Iman terhadap wajibnya ar-roja’ atau penuh harap kepada Allah ‘azza wa jalla
13.  Iman terhadap wajibnya berpasrah diri atau tawakkal kepada Allah ‘azza wa jalla
14.  Iman terhadap wajibnya mahabbah atau mencintai kepada nabi Muhammad SAW
15.  Iman terhadap wajibnya mengagungkan, memuliakan dan menghormati kepada nabi Muhammad SAW dengan tidak melampaui batas
16.  Kecintaan seseorang pada agamanya sehingga dia lebih mencintai di lemparkan ke dalam kobaran api dari pada kufur
17.  Menuntut ilmu
18.  Menyebarkan dan mengajarkan ilmu kepada orang lain
19.  Mengagungkan al-Qur’an
20.  Bersuci, menjaga dan memperhatikan wudlu’
21.  Menjaga dan memperhatikan sholat maktubah
22.  Menunaikan zakat
23.  Berpuasa
24.  I’tikaf
25.  Haji
26.  Jihad fi sabilillah
27.  Menjaga wilayah perbatasan di jalan Allah
28.  Bertahan melawan musuh dan tidak lari dari medan perang
29.  Membayar seperlima dari rampasan perang kepada imam atau ‘amil bagi yang memperoleh harta rampasan perang
30.  Memerdekakan budak dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT
31.  Membayar kaffarah atau tebusan yang wajib karena tindak pidana kejahatan
32.  Menunaikan, memenuhi akad (perjanjian, yaitu segala sesuatu yang telah di halalkan oleh Allah, yang di haramkan dan yang di wajibkan serta seluruh hukum-hukum di dalam al-Qur’an)
33.  Senantiasa memuji atas nikmat-nikmat Allah SWT dan segala sesuatu yang wajib di syukuri
34.  Menjaga lisan dari perkataan yang tidak di butuhkan (berbicara secukupnya)
35.  Menjaga amanah dan wajib menunaikkannya
36.  Haramnya membunuh nyawa dan diberlakukan tindak pidana kejahatan atasnya
37.  Haramnya melakukan zina dan wajibnya menjaga kehormatan
38.  Mengepalkan tangan (tidak menyentuh maupun mengambil) atas harta-harta haram
39.  Wajibnya wira’i (menahan diri) serta menjauhi makanan dan minuman yang tidak halal
40.  Meninggalkan pakaian dan perhiasan serta perabot yang di makruhkan
41.  Haramnya permainan dan hiuran yang bertentangan dengan syari’at
42.  Kesedehanaan (hemat) dalam nafkah dan haramnya memakan harta dengan cara yang bathil
43.  Meninggalkan dendam, dengki, iri dan hasud
44.  Haramnya menjatuhkan martabat atau kehormatan orang lain dan wajibnya meninggalkan segala sesuatu yang dapat menjatuhkan martabat orang lain
45.  Ikhlas dalam beramal karean Allah SWT dan meninggalkan riya’
46.  Menyenangi kebaikan dan sedih dengan keburukan
47.  Mengobati setiap dosa dengan taubat
48.  Menyembelih qurban, esensinya adalah hadiah baik udhiyah maupun ‘aqiqoh
49.  Taat kepada ‘Ulil Amri
50.  Berpegang teguh terhadap al-Jama’ah
51.  Menegakkan hukum keadilan di antara manusia
52.  ‘Amar ma’ruf dan nahi munkar
53.  Saling menolong atas kebaikan dan taqwa
54.  Malu
55.  Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua)
56.  Silaturrahmi
57.  Husnul khuluq (akhlaq yang baik)
58.  Melakukan kebaikan kepada budak
59.  Hak tuan yang wajib di laksanakan budaknya
60.  Menegakkan  hak anak dan keluarga
61.  Dekat kepada ahli agama (ulama’), menyayangi mereka, mnebarkan salam dan berjabat tangan dengan mereka
62.  Menjawab salam
63.  Menjenguk orang sakit
64.  Menyolati jenazah ahli qiblat (muslimin)
65.  Mendoakan orang yang bersin (jika mengucapkan alhamdulillah maka di jawab yarhamukallah)
66.  Menjauhi orang-orang kafir dan pembuat kerusakan, serta tegas terhahadap mereka
67.  Memuliakan tetangga
68.  Memuliakan tamu
69.  Menutupi ‘aib orang lain
70.  Sabar atas setiap musibah dan segala sesuatu yang tercabut dari jiwa yakni berupa kelezatan dan kesenangan
71.  Zuhud dan pendeknya keinginan atas segala hal duniawi
72.  Cemburu dan tidak membiarkan anak atau istrinya berbaur dengan yang bukan mahromnya
73.  Berpaling dari sikap yang berlebihan (melampaui batas)
74.  Dermawan dan murah hati
75.  Menyayangi yang muda dan menghormati yang tua
76.  Mendamaikan orang yang bertikai
77.  Wajibnya seseorang mencintai saudaranya yang muslim sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, dan tidak senang sesuatu yang ia benci ada pada saudaranya, termasuk didalamnya adalah menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalanan



III. Kesimpulan
Iman adalah sesuatu yang sakral dalam diri seseorang, baik dan buruk nya seseorang dapat di lihat dari keimanan nya. dengan adanya iman maka seseorang bisa menjadi islam dan dengan meningkatnya kadar iman seseorang maka akan sampailah orang tersebut ke jenjang ihsan, maka lengkap lah iman seseorang dengan islam dan ihsan.
Adapun munculnya islam dan ihsan itu bermula dari iman, jika seseorang tidak memiliki iman maka islam dan ihsan tidak akan lahir. orang yang tidak memiliki iman akan merugi terhadap dirinya sendiri baik di dunia maupun akhirat, na’udzu billahi min dzalik.
Dengan memahami cabang cabang iman yang berjumlah lebih dari tujuh puluh, semoga kita bisa mengamalkankannya dalam kehidupan sehari-hari dan semoga hidup kita menjadi lebih baik setiap waktu, detik demi detik, hari demi hari, tahun demi tahun, min yaumi hadza ila yaumil qiyamah, amin.


Daftar pustaka:
·         Shohih al-Bukhori
·         Shohih Muslim
·         Sunan an-Nasa’i al-kubro
·         Qomi’ut thugyan
·         Hasyiyah as-showi fi at-tafsiri al-jalalaini

·         Syu’bil iman – al-Baihaqy